Sabtu, 08 Juni 2013

kau tak tau kenapa tapi kau bisa merasakannya



Gerimis di taman menemani kesepianku yang tak berarah. Aku hanya bisa diam terduduk di bangku taman. Tatapanku kosong. Tubuhku basah kuyup diguyur gerimis. Aku tak tau entah sudah berapa lama aku duduk menyendiri disini.
***
Aku melihatnya duduk di bangku taman sedari tadi. Dia tak melakukan apapun, hanya duduk membisu dengan tatapan sendu dan kosong, yah benar-benar kosong. Sebenarnya apa yang sedang dipikirkan gadis itu?, tanyaku berulang-ulang dalam hati.
Ingin rasanya aku mendekati, bertanya apa yang sedang bergelut dalam hatinya, tapi kaki ini terasa kaku untuk melangkah. Aku hanya berdiri disini di balik pohon, dengan tubuh basah kuyup aku terus menatapnya, memperhatikan dirinya tanpa ada niat untuk beranjak sedikit pun.
***
Gerimis sudah berganti dengan teriknya Matahari. Aku tetap terdiam. Aku tak dapat menemukan satu alasan pun yang mampu membuatku bergerak dari tempat ini.
Suara gaduh dari balik pohon memalingkan pandanganku ke arahnya. Aku melihat seekor kucing melompat kearah seorang pria yang sedang berdiri di bawah pohon dan mendarat tepat di atas kepalanya. Si pria sontak terkaget dan berusaha keras untuk melepaskan dirinya dari si kucing.
Aku tertawa melihatnya. Untuk hal ini aku punya alasan ‘kenapa’, yah ekspresi kaget pria itu mampu membuatku terpingkal-pingkal, jika kau melihatnya, kau pasti juga akan ikut tertawa.
Pria itu kini beralih kearahku, ia menatap tajam ke mataku. Aku terdiam. Aku balik menatap matanya. Tajam setajam tatapannya ke arahku. Tak ada rasa takut dalam diriku tapi yang aku tau rasanya damai ketika menatapnya.
***
Seekor kucing tiba-tiba saja melompat ke atas kepalaku. Aku sontak terkaget. Secepatnya aku melepaskan diri dari kucing ini dan untung saja ia belum sempat mencakar kulitku.
Tawa seseorang mengalihkan perhatianku, ternyata dia. Da tertawa kepadaku. Aku menatapnya karena tak percaya pada apa yang kulihat. Aku menatapnya tajam tepat ke titik hitam bola matanya. Dia kelihatan sangat cantik ketika tertawa, benar-benar cantik.
Dia menghentikan tawanya karena tatapanku, ia terdiam dan menatapku balik. Menatapku jauh lebih dalam dari yang aku lakukan. Aku sadar bola matanya sangat indah. Sangat indah meskipun  tanpa bantuan softlens untuk memperindah kedua mata itu.
Kulangkahkan kakiku kearahnya dan tersenyum padanya, ia membalas senyumku. Tiba-tiba saja aku teringat kalau di dalam tasku ada 2 buah es krim. Sebenarnya aku membeli es krim itu untuk kedua adik kembarku. Es krimnya belum mencair karena aku menyimpannya dalam kantung khusus es.
Aku menyodorkan satu padanya. “Mau?” tanyaku.
Ia menerima es ku, “trimakasih” katanya padaku.
“boleh aku duduk disitu?” tanyaku lagi sambil menunjuk bangku yang didudukinya.
“tentu” .
Kami bercerita banyak hal setelahnya.
***
“aku tak pernah menyangka kita akan bertemu dengan cara seperti itu, sayang”, katanya padaku.
“yah, aku juga dan aku bersyukur saat itu aku tak beranjak pergi dari pohon itu, meskipun aku menjadi korban kucing aneh dari antah berantah.” Kami tertawa mengingatnya.
“kau sangat cantik. Secantik pertama kali aku melihatmu. Terimakasih karna kau telah hadir di hidupku, mau menjadi istriku dan menjadi ibu dari anak-anakku. Aku sangat mencintaimu.”
aku memeluknya, mencium keningnya dan mengelus perutnya yang sedang mengandung anak kami.
“aku juga mecintaimu, suamiku” bisiknya di telingaku.

LET LOVE FLOW



LET LOVE FLOW
PART 1
namaku Chika, hari ini hari pertamaku masuk kuliah.Blum ada orang di kelasku, sambil nunggu yang laen aku makan Cornetto, es krim favoritku. gak lama, seorang cowok masuk ke dalam kelas, kayanya dia classmatenya aku. aku senyum ama dia pas dia ngelewatin aku buat duduk di bangku belakang.
mungkin karna bosen, dia milih keluar kelas dan sebelum nyampe pintu, dia bilang:
" makan es krimnya biasa aja kalik, gak usah pake celemotan gitu"
aku mangap bloon,sekalinya ngomong,sadis banget. Ngeselin loe!
PART 2
"anak-anak lama banget datangnya",gua ngeluh sendiri. dengan ditemanin es krim Conetto favorit dan novel yang berhasil aku pinjem dari anak tukang gorengan di deket rumah, aku duduk nungguin yang laen datang di lobby.
" es krim bisa bikin badan lo gendut" kata si cowok ngeselin itu, yg tiba2 aja bisa ada di samping gua.
sewot ama omongan dia, asal aja gua jawab "Masalah buat 'L'?" langsung aja gua ninggalin dia. Ngeselin banget sih..
namanya Kiky dan dia satu kelas gua :@
PART 3
"pinjem pulpen donk", si kiky akhirnya ngomong yang laen selain ngomentarin gua.
yah gua jawab,"mau beud ato mau ajah?"
dianya ngejawab, "banget banget chik"
karna gua kasian, ya gua kasih aja pulpen gua yang satu lagi ke dia sambil bilang gini,
"karna gua orangnya baik ati, nih gua pinjemin"
Satu lagi hal yang ngeselin dari dia, masa dia gak bilang apa-apa pas ngebalikin pulpen gua, cuma ngasih, trus bilang "ini chik, pulpen lo" dan pergi.
gak ada senyum, gak ada makasi ato apalah.
kesel beneurrrr..:@
PART 4
"chik, gua pinjem pulpen lo donk?", kata kiky besoknya
"gak ah. kemaren lu udah minjem,gak ada bilang apa-apa, makasi kek, thank's ato apa kek. males gua minjemin ke elo lagi."
"sorry, kemaren gua lagi buru-buru, jadi lupa bilang makasi ke lo.Makasi ya Chika :)"
dengan entengnya dia ngejawab kayak gini, plus nada sok manis lagi
"nih, awas lu kayak kemaren lagi.", hal sepele sih, tapi 'makasi' kata yg penting bagi gua.

dan hari ini dia ngebalikin pulpen gua dgn ucapan 'Makasi'
PART 5
kiky jadi sering minjem pulpen ke gua,gak hanya pulpen alat tulis gua yang lain juga sering dia pinjem, dasar cowok Gak MODAL. haha :D dia juga jadi sering bicara ke gua dan nanya tentang pelajaran ke gua. sejauh ini, sifatnya udah mulai gak serese' dulu. sekarang dia tau 'Trimakasi' dan jauh lebih sopan. sebenarnya, anaknya enak diajak ngobrol, lumayan pinter lagi dan kalo diliat-liat dia lumayan ganteng. #uupss

Vika,sohib gua nanya apa gua ada rasa ama kiky?
Part 6
"lo kenapa bisa ngomong gitu, ka?"
"anak-anak pada ngegosipin lo chik. gua cuma mau tau lo ada rasa ama dia?:)"
"ya enggak lah.. apain sih gosipnya. gak berbobot amat. hahahaha"
"kalo berbobot bukan Gosip namanya, ya gak?"
"iya pulud!"
"hahahahahahahahaha.. keluar bahasa Medan kita tu!"

sepeninggalnya Vika, gua jadi kepikiran yang dia bilang. apa sedekat itu kami berdua sampe anak-anak pada ngegosipin kayak begitu..
Part 7
Karena terus mikirin perkataaan si Vika, gua jadi mulai suka ama si Kiky, menurut teori temen gua, semakin sering kita mikirin seseorang, semakin besar kemungkinan kita "JATUH CINTA" ama dia.Buktiya aja pas gua ama anak-anak sekelas liburan ke Dufan, guanya jadi salting pas deket ama kiky. Apalagi pas dia manggil gua dengan sebutan "PINKY",karena pakaian gua serba pink. alhasil makin panas deh ni muka plus gua jadi ngerasa mual, kaya ada sesuatu yang terbang-terbang gak jelas di dalam perut gua
Part 8
Gua terus berusaha buat tetap jadi apa adanya di depan Kiky. tapi, tetep aja susah beud! gua jadi ngerasa gak nyaman deket dia, panas dingin dan efek paling parahnya gua jadi lebih rapi pas ke kampus, lebih wangi, and kinclong. padahal guanya rada 'berantakan' anaknya. alhasil tas ngampus gua penuh dengan handuk,sabun cuci muka, bedak, parfum, sisir, kaca, dan lipgloss. hehehe.. udah kaya tukang salon keliling kan guanya..
chika yang slengek'an kini berubah menjadi seorang "cewek". AJAIB!
Part 9
hari ini gua tau, Kiky ternyata udah punya pacar. Ceweknya cantik, putih, kurus, dan seorang PENARI. he's got the perfect one. kalo jujur nih, mereka emang serasi, coz si Kiky nya juga cakep. Guanya aja yang gak tau diri, muka jelek sukanya ama yang ganteng.
gua sadar, gak ada celah bagi gua, si jelek +
 cupu. Cewek yang cuma bisa ngandelin otaknya supaya bisa dihargain orang dan dianggap 'ada'.
gua si bodoh yg salah nanggepin kebaikan orang. how stupid i am!!
Part 10
rasanya tau orang yang lo sukain ternyata udah punya pacar tuh kaya dikasiin bogem mentah bertubi-tubi ke pipi lo, trus jantung lo disayat-sayat plus ditusuk-tusuk ama pisau yang diasah ama tiap hari ama tukang daging blom lagi muka lo ditenggelemin ke dalem air sampe lo gak bisa napas. intinya, rasanya tuh sama aja dengan 'mati'.
dan setiap harinya,gua berusaha buat ngelupain perasaan gua ke kiky, tapi rasanya benar-benar sulit.
Part 11
Ngelupain seseorang yang udah ngebuat jantung kita berdetak 360x permenit gak semudah dengan keputusan untuk jatuh cinta sama dia. tapi, sekarang gua udah nentuin,gua akan tetap biarin perasaan gua ngalir gitu aja ke dia, tanpa harus ada satu orang pun yang tau. "Teman" adalah posisi yang paling tepat dan aman untuk gua sekarang, gua gak perlu jadi pengganggu hubungan dia, gua bisa tetap deket sama dia dan bisa tetep kasi perhatian gua ke dia.
just let my love flow, that's  the best way for me..

by: Claudia Vanessa

Rabu, 29 Mei 2013

first semester = unforgetable

AKHIR DERITA INI

Hari ini, di depan makam itu aku berlutut. Tubuhku bergetar. Tak mampu aku menahan tangisku. Air mata yang telah kubendung sedari tadi,sekarang telah meluncur babas sesuka hati tanpa kumampu untuk meredamnya. Tak ada sentuhan lembut yang mengusap bahuku. Tak ada kain tuk menyeka air mata ini. Tak ada kata yang memintaku untuk tabah menerima kenyataan pahit ini. Hanya aku sendiri disini. Meringkuk menerima nasib tanpa ada tempat pengaduan keluh kesah yang kini kurasa. Aku memang membiarkan diriku sendiri di makam ayahku setelah orang-orang pergi pulang ke rumah mereka masing-masing. Sedari awal pemakaman, aku berusaha setegar mungkin untuk tidak menitikan setetes air matapun. Aku tak mau orang-orang tahu tentang beratnya bebanku setelah ayah pergi. Sudah cukup bagiku semua penderitaan ini. Aku tak ingin ditambah dengan rasa kasihan dan cemooh dari orang yang melihatku kini. Aku benci melihat tatapan dan sorot mata mereka padaku. Tatapan penuh kemunafikan yang sengaja dibuat iba ke arahku. Karena aku adalah anak sulung Bapak Budi Utomo yang kini telah jatuh miskin dan meniggal dunia. Aku benci mereka semua! Setelah kurasa cukup, aku bangkit dan berjalan menjauhi makam itu. Kini,di dalam benakku terlintas pikiran akan beban yang harus kulalui sebentar lagi. Beban tentang semua tagihan yang ayah tinggalkan padaku karena kepergiaanya. Aku memiliki adik yang telah dirawat di rumah sakit selama sebulan karena penyakit komplikasi pada alat-alat vital pencernaannya dan juga karena ia menderita leukemia. Penyakit itu didapatnya dari ibuku. Selama ayah hidup, ayah hanya mampu membayar semua tagihan sebagian kecilnya saja. Yang lainnya, kini harus menjadi tanggunganku. Padahal umurku baru memasuki 16 tahun awal bulan depan. Dengan langkah lunglai, aku berjalan menyusuri setiap langkah yang kutapaki. Dengan tatapan kosong, aku berusaha menegakkan kepalaku yang sedari tadi kutundukkan. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada adikku tentang kematian ayahku bila aku bertemu dengannya nanti. Bukan maksudku untuk berbohong dengannya,tapi aku tak mau kabar ini membuat kesehatannya lebih menurun lagi. Tak terasa, akhirnya aku sampai di rumah yang tak pantas untuk disebut rumah dari bentuknya. Kubuka pintu secara perlahan, tanpa ada semangat sedikit pun. Kulihat sesosok yang kukenal terbaring lunglai di atas selembar kain di atas tanah dan dengan beberapa lembar kain yang digulung-gulung seolah-olah bagai bantal untuknya. Ya, memang semua perabotan yang dulu pernah mengisi rumah ini sudah habis terjual untuk menutupi hutang kami yang juga tak tertutupi. “Kak…”, sapanya dengan lirih. “Rio kenapa bisa disini?” tanyaku cemas “apa yang terjadi dek?” “Dokter menyuruh Rio pulang kak. Katanya, Rio sudah tak pantas lagi disana dengan hutang yang telah Rio buat.” Ia mencoba tersenyum padaku demi menenangkan hatiku. Cepat-cepat kuputar wajahku, diam-diam aku menyeka air mata yang meniti di sudut mataku. “Kak, kakak gak perlu sedih dengan keadaan Rio. Rio kuat kak. Rio janji gak bakal ngerepotin kakak disini,ya?” Kupeluk Rio dengan erat seolah tak mau kehilangan dirinya. Terasa padaku kalau bobot tubuhnya semakin menyusut. “Kak,ayah mana?” tanyanya tiba-tiba. Aku berdusta,”ayah sedang bekerja untuk bayar hutang kita dan untuk kehidupan kita,dek” “Ooohhh..” katanya polos. “Rio lapar?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. “Iya kak..” “Baiklah, kakak pergi dulu ya beli makan kita!” Iya menjawab dengan anggukan,mungkin tenaganya sudah terkuras habis. Setelah berada di depan pintu,aku memeriksa kantongku. Hanya ada selembar uang lima ribu rupiah. Apa yang harus aku perbuat dengan uang ini,bagaimana juga dengan besok?? Aku berjalan tanpa arah dan akhirnya terhenti di depan sebuah apotek. Entah apa yang kupikirkan saat itu, tapi dengan tanggap, segera aku masuk ke dalamnya. “Mau beli apa mbak?” tanya salah satu penjaga toko itu. “Heh?” aku tersentak ”saya ingin membeli dextermione 100 mg 5 butir.” “Baik, akan saya ambilkan” Tak lama kemudian ia datang bersama pesananku. Kuberi uangku,setelah itu aku lansung bergegas pergi. Dextermione 100 mg adalah obat berdosis tinggi yang apabila dimunum beberapa butir dalam satu tegak dapat menyebabkan overdosis yang dapat menimbulkan kematian dalam seketika. Entah setan apa yang merasukiku, tapi tekadku sudah bulat. Hanya ini jalan satu-satunya yang dapat membuat kami keluar dari masalah yang kurasa tak tahu entah sampai kapan akan terselesaikan. Kulangkahkan kaki dengan langkah seribu menuju rumah. Setelah sampai di rumah langsung kutemui adikku. “Dik, ini kamu minum dulu ya.Ini obat penahan lapar,kakak sedang tak punya uang jadi kita tunggu saja sampai ayah pulang baru kita makan,ya?” Iya hanya mengangguk. Segera ia minum obat itu. Ada dua pendapat yang berbeda sedang bergejolak di dalam hatiku saat itu juga. Tapi, inilah keputusanku. Ini semua kulakukan demi kebaikan kami berdua. Maafkan aku tuhan…. Seketika setelah ia menegak obat itu. Ia kejang-kejang. Aku menangis. Aku menyakiti adikku. Banyak buih keluar dari mulutnya diirigi dengan darahnya. Aku sempat melihatnya menitikan air mata sebelum akhirnya ia tak bernyawa lagi. Aku menangis di depan mayatnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku meminum obat itu juga. Sakit yang kurasakan di sekujur tubuhku tak tertahankan. Aku berteriak. Hal yang sama juga terjadi padaku. Kejang-kejang, berbuih, keluar darah dan akhirnya aku tak sadarkan diri. Aku melayang tinggi melewati batas yang dulu tak pernah kuketahui. Aku semakin melambung tinngi menjauh dari permukaaan bumi. Setelah cukup jauh, akhirnya aku menatap ke atas. Adikku ada di sana. Dia melambai kepadaku. Di sampingnya kulihat ayah dan ibuku juga sedang menungguku. Mereka semua tersenyum kearahku. Aku kini bersama mereka di dunia kebahagiaan yang tak berbatas. Tak kan ada lagi kesusahan dan kepedihan yang sedari dulu aku rasakan.. Aku bahagia.. (OLEH: CLAUDIA VANESSA)

my lovely nephew